Minggu, 26 November 2023

TUGAS TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM

 Jelaskan point penialian untuk 2 dari jenis metric, perangkat lunak.

Jawab :

·        METRIC PROGRAM ( SOURCE KODE )

·        Complexity Metrics (Metrik Kompleksitas):

·        Cyclomatic Complexity: Mengukur kompleksitas struktural kode berdasarkan jumlah jalur yang berbeda dalam kode sumber.

·        Halstead Complexity Measures: Menggunakan jumlah operator, operand, dan ukuran unik untuk mengukur kompleksitas kode.

·        Size Metrics (Metrik Ukuran):

·        Lines of Code (LOC): Menghitung jumlah baris kode, yang dapat memberikan gambaran tentang ukuran program.

·        Function Points: Mengukur fungsionalitas dari perspektif pengguna.

·        Quality Metrics (Metrik Kualitas):

·        Code Coverage: Mengukur seberapa banyak kode yang telah diuji.

·        Code Duplication: Menentukan jumlah kode duplikat yang ada.

·        Maintainability Index: Memberikan nilai terhadap kemudahan pemeliharaan kode.

·        Performance Metrics (Metrik Kinerja):

·        Execution Time: Waktu yang dibutuhkan oleh program untuk menyelesaikan tugas tertentu.

·        Memory Usage: Penggunaan memori oleh program selama proses eksekusi.

·        Security Metrics (Metrik Keamanan):

·        Vulnerabilities Count: Mengukur jumlah kerentanan keamanan yang teridentifikasi dalam program.

·        Security Testing Coverage: Tingkat cakupan pengujian keamanan terhadap program.

·        Maintainability Metrics (Metrik Pemeliharaan):

·        Change Request Count: Jumlah permintaan perubahan atau pemeliharaan.

·        Mean Time to Repair (MTTR): Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memperbaiki bug atau masalah.

·        User-Centric Metrics (Metrik Pengguna):

·        User Satisfaction Surveys: Pengukuran kepuasan pengguna terhadap program.

·        User Engagement Metrics: Misalnya, jumlah pengguna aktif, frekuensi penggunaan, dll.

Poin-poin penilaian ini membantu dalam mengevaluasi berbagai aspek dari program perangkat lunak, dari kompleksitas kode hingga pengalaman pengguna, memungkinkan pengembang untuk memahami dan meningkatkan kualitas serta kinerja program yang dibuat.

 

·        METRICS PENGUJIAN

·        Cakupan Pengujian (Testing Coverage):

 

·        Code Coverage: Mengukur seberapa banyak kode yang telah diuji, seperti coverage pada level statement, branch, path, atau function.

 

·        Requirement Coverage: Memastikan bahwa semua persyaratan fungsional dan non-fungsional telah diuji.

 

·        Kualitas Pengujian:

 

·        Defect Density: Jumlah bug atau kesalahan yang ditemukan per satuan ukuran (misalnya, per baris kode atau per fungsi).

 

·        Defect Leakage: Jumlah bug yang terlewat atau terjadi setelah rilis perangkat lunak.

 

·        Efisiensi Pengujian:

 

·        Time to Execute Tests: Waktu yang dibutuhkan untuk mengeksekusi keseluruhan suite pengujian.

 

·        Resource Utilization: Penggunaan sumber daya (misalnya, CPU, memori) selama pengujian.

Kemampuan Pengulangan (Reusability):

 

·        Test Reusability: Sejauh mana pengujian dapat digunakan kembali untuk skenario atau komponen yang serupa.

·        Modularity: Keterkaitan dan kemandirian dari setiap unit pengujian.

·        Efektivitas Deteksi Bug:

 

·        Defect Discovery Rate: Jumlah bug yang ditemukan per unit waktu selama pengujian.

 

·        Severity of Bugs Found: Tingkat keparahan bug yang berhasil ditemukan.

 

·        Coverage Platform (Platform Cakupan):

 

·        Cross-platform Testing: Seberapa baik pengujian telah dilakukan di berbagai platform (sistem operasi, perangkat, dll.).

 

·        Automatisasi Pengujian:

 

·        Test Automation Coverage: Seberapa banyak dari pengujian yang telah diotomatisasi dibandingkan dengan yang masih memerlukan pengujian manual.

 

·        Kesiapan Rilis (Release Readiness):

 

·        Exit Criteria: Kriteria yang harus dipenuhi sebelum memutuskan apakah produk siap untuk dirilis atau tidak.

Poin-poin ini membantu dalam mengevaluasi cakupan, kualitas, efisiensi, dan kesiapan rilis dari pengujian perangkat lunak. Dengan menggunakan metrik ini, tim pengujian dapat menilai keefektifan upaya pengujian mereka dan memastikan bahwa produk yang dihasilkan telah diuji secara menyeluruh sebelum dirilis ke pasar.

·        Kombinasi tidak boleh sama dengan anggota kelompok anda

Jawab

·        Kombinasi dari metrics program dan metrics pengujian ?

 

Kombinasi metric program dan metric pengujian dapat memberikan gambaran yang lengkap tentang kualitas, kinerja, dan kehandalan perangkat lunak yang sedang dikembangkan. Ini memungkinkan tim pengembangan untuk memahami tidak hanya bagaimana kualitas kode tersebut, tetapi juga sejauh mana pengujian telah dilakukan dan seberapa baik pengujian tersebut meliputi aspek-aspek kunci dari perangkat lunak tersebut.

 

Beberapa cara untuk menggabungkan metric program dan metric pengujian termasuk:

 

·        Korelasi antara Coverage Pengujian dan Metric Program:

 

Melihat bagaimana cakupan pengujian (seperti code coverage) berkorelasi dengan metrik program seperti complexity metrics atau jumlah bug yang ditemukan. Jika terdapat hubungan antara cakupan pengujian yang lebih baik dengan kode yang lebih sederhana atau lebih sedikit bug, itu dapat menunjukkan efektivitas pengujian.

 

·        Penggunaan Defect Density dan Quality Metrics:

 

Membandingkan tingkat defect density dengan metrik kualitas kode. Jika terdapat keterkaitan antara kode yang memiliki kompleksitas rendah dan defect density yang rendah, itu bisa menunjukkan bahwa pengujian telah efektif dalam mengidentifikasi masalah.

·        Efisiensi Pengujian dan Performa Program:

 

Membandingkan waktu eksekusi pengujian dengan metrik kinerja program. Misalnya, apakah ada korelasi antara cakupan pengujian yang baik dengan kinerja yang lebih baik dari segi waktu eksekusi atau penggunaan memori yang lebih efisien.

·        Pengukuran Reusabilitas Pengujian dan Modularity Code:

 

Melihat sejauh mana unit pengujian dapat digunakan kembali dan sejauh mana kode memiliki struktur yang modular. Hal ini dapat memberikan gambaran tentang seberapa baik kode dirancang untuk pengujian dan pemeliharaan yang lebih mudah.

·        Pengujian terhadap Kebutuhan Fungsional dan Non-Fungsional:

 

Membandingkan coverage pengujian terhadap persyaratan fungsional dan non-fungsional. Ini membantu memastikan bahwa pengujian mencakup semua fitur dan kebutuhan yang diharapkan.

Dengan mengintegrasikan metric program dan metric pengujian, tim pengembangan dapat memperoleh pemahaman yang lebih holistik tentang kualitas perangkat lunak yang sedang dikembangkan dan efektivitas pengujian yang dilakukan. Hal ini memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam pengembangan, perbaikan, dan peningkatan kualitas perangkat lunak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kamis, 08 April 2021

TUGAS REVIEW NOVEL

 

Nama : Desswara Mahardika
NPM  : 10120295
KELAS : 1KA27

 

NOVEL 5 CM





Identitas Buku :

Judul Buku : 5 CM

Pengarang Buku : Donny Dhirgantoro

Penerbit Buku :PT. Grasindo

Tahun Terbit : 2007

Tebal  Buku : 381 halaman

 

Sinopsis :

Buku 5cm ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak manusia yang bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Dimana mereka memiliki obsesi dan impian masing-masing. Lima sahabat ini telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Suatu ketika mereka jenuh akan aktivitas yang selalu mereka lakukan bersama. Terbesit ide untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama tiga bulan. Ide tersebut pun disepakati. Selama tiga bulan berpisah itulah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan dirayakan dengan sebuah perjalanan.

Didalam perjalanan tersebut mereka menemukan arti manusia sesungguhnya.

Perubahannya itu mulai dari pendidikan, karir, idealisme, dan tentunya love life. Semuanya terkuak dalam sebuah perjalanan ‘reuni’ mereka mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru. Dan di sanalah cerita bergulir, bukan hanya seonggok daging yang dapat berbicara, berjalan, dan punya nama. Mereka pun pada akhirnya dapat menggapai cita-cita yang mereka impikan sejak dulu.

Setengah dari buku 5 cm bercerita tentang keseharian lima sahabat ini, dari sifat-sifat mereka yang berbeda satu dengan yang lain sampai dengan perilaku dan aktifitas mereka yang penuh canda tawa, diselingi cerita tentang permasalahan antar-sahabat. Setengahnya lagi, buku ini menuliskan petualangan kelima sahabat dalam mendaki gunung Semeru.

Unsur Intrinsik Novel

Adapun yang membangun unsur intrinsik didalam novel 5cm yaitu:

a) Tema

Seorang persahabatan lima anak muda yang mempunyai kekuatan dan keajaiban mimpi dan keyakinan.

b) watak tokoh

• Tokoh Pertama

Arial:

Di dalam novel, Arial digambarkan sebagai selalu tampil rapi dan simpel. Arial adalah sosok yang tenang, pembawaannya selalu senyum, jarang mengejek, asik.

• Tokoh kedua

Riani:

Di dalam novel ini, Riani adalah perempuan berkacamata, cantik, cerdas dan mengutamakan prestasi. Pribadi yang memiliki karisma, selalu dominan dimana-mana, cerewet dan tidak mau kalah dengan siapapun juga. Riani seorang aktivis kampus yang gemar membaca dan banyak belajar. Dia juga suka berdebat.

• Tokoh ketiga

Zafran:

Didalam novel, tokoh zafran termasuk orang yang pandai membuat puisi, pintar. Zafran punya kelakuan yang berantakan . Zafran adalah orang yang akan bilang apa saja yang ingin dia bilang.

• Tokoh keempat

Ian:

Didalam novel, ian adalah tokoh yang gila bola, ia juga senang tantangan dan suka makan terutama indomie. Selain itu, Ian juga gemar mengoleksi film orang dewasa .

• Tokoh kelima

Genta:

Di dalam novel ini, Genta adalah pemimpinnya. Genta begitu menyukai Riani. Genta adalah orang yang peduli terhadap orang lain, ia lebih mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Genta adalah sosok yang baik, seorang aktivis kampus. Dia sangat dikagumi teman-temannya.

Latar tempat

Pendakian menuju gunung semeru

Alur

Di dalam cerita novel 5 cm ini termasuk alur maju mundur artinya dalam cerita terjadi flashback ke masa lalu dan kejadian masa depan.

Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara atau pandangan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Dalam Novel 5 centimeter sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga tunggal.

Keunggulan novel 5 cm

• Keunggulan buku ini adalah ceritanya yang menarik, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan alur cerita yang tidak membosankan sehingga pembaca ingin membaca buku ini hingga halaman terakhir. Pesan moral yang disampaikan pun sangat baik sehingga memotivasi pembaca agar bisa mengejar impian mereka dan membuat jadi nyata.

kelemahan novel 5 cm

• Kelemahan buku ini bagi saya, akhir cerita di novel ini terlalu naif. Sekelompok sahabat itu masih saja mempunyai “ruh” kaum muda meski sudah memiki keturunan dan hal tersebut terasa juga pada anak-anak yang masih TK tetapi “jiwa”nya berjiwa kaum muda dewasa. Kedua hal tersebut membuat pembaca sulit membedakan mana yang menjadi anak dan mana yang menjadi bapak, mana yang pemuda dan mana pula yang anak-anak.

Selasa, 02 Februari 2021

Agama dan Masyarakat

 Agama dan Masyarakat


Nama : Desswara Mahardika
NPM : 10120295
KELAS : 1KA27

Negara kita terdiri dari keanekaragaman suku, agama, budaya ras dan golongan. Keanekaragaman ini sebenarnya dilihat sebagai kekayaan dan bukan sebagai faktor penyebab munculnya aneka macam kekerasan seperti yang terjadi saat ini. Kalau dilihat secara lebih jauh bahwa salah satu penyebab munculnya konfklik-konflik itu adalah karena penganut agama melihat agamanya sendiri sebagai agama yang paling benar sementara agama lainnya tidak benar. Oleh karena itu, kita perlu memahami 4 fungsi agama bagi kehidupan bermasyarakat yang akan saya paparkan dalam artikel ini.


Pertama, Fungsi Edukatif

Agama memiliki fungsi untuk membimbing dan mengajar masyarakat sehingga tingkah laku mereka dapat menjadi baik dan benar. Dalam konteks ini, masyarakat memiliki keterbukaan hati untuk dibina dan digembleng sesuai dengan nilai-nilai agama yang diberikan. Agama menyampaikan pengajarannya melalui petugas-petugas agama, baik di dalam upacara (perayaan) keagamaan, renungan, khotbah, pendalaman iman maupun di luar perayaan liturgis. Ada banyak petugas yang bertugas untuk memberikan pengajaraan keagamaan kepada masyarakat, misalnya pendeta, imam, kyai, syaman, dan lain-lain. Orang-orang ini mengajarkan tentang kebenaran sesuai dengan apa yang tercantum dalam kitab-kitab yang merupakan dasar iman dari setiap agama. Contohnya Alkitab untuk umat Kristiani, al-Quran untuk umat yang beragama Islam, dan sebagainya. Pengajaran keagamaan ini dapat dilakukan di sekolah untuk anak-anak yang sedang sekolah, di tempat-tempat ibadah untuk semua golongan, dan juga dapat dilakukan dalam bentuk seminar-seminar yang bertujuan untuk meningkatkan semangat masyarakat dalam menghayati nilai-nilai keagamaan yang didapatinya. Namun demikian, pengajaran ini dapat berhasil bukan karena orang-orang yang bertugas memberikan pengajaran secara baik. Tetapi keberhasilannya nampak ketika seluruh masyarakat mampu mengaktulisasikan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Adapun nilai-nilai keagamaan yang dapat diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan. Misalnya nilai iman, moral kebaikan, kejujuran, cintakasih, keuletan dan masih banyak nilai lainnya yang pada dasarnya dapat mengarahkan kehidupan masyarakat pada arah yang lebih baik. Masyarakat memiliki kewajiban untuk menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan ini ke dalam dirinya sehingga mereka dapat menciptakan kehidupan yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang menyimpang dari nilai-nilai akan mengalami banyak kesulitan dalam kehidupan dan bahkan bakal menjadi momok yang menyebabkan munculnya aneka macam persoalan di tengah kehidupan bermasyarakat.


Kedua, Fungsi Penyelamatan

Semua anggota masyarakat memiliki kerinduan yang besar untuk mencapai keselamatan, baik untuk kehidupan sekarang maupun untuk kehidupan setelah kematian. Untuk itu, keselamatan tidak boleh dipandang sebagai hal yang biasa-biasa saja tetapi merupakan sesuatu yang cukup sulit tergantung bagaimana manusia menghayati kehidupan beragamanya. Jaminan untuk keselamatan hanya ditemukan dalam agama. Dalam agama diberikan pengajaran bagaimana cara untuk mencapai keselamatan itu. Melalui agama, manusia dapat memahami "apa yang sakral" atau "makhluk yang tertinggi" atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya [Sumber1]. Melalui relasi yang intens dengan Tuhan, manusia dapat mengakui segala kesalahan di hadapan-Nya dengan cara pengampunan dan penyucian. Dengan demikian, manusia dapat merasa bahagia dan kembali bisa membangun relasi yang baik dengan Tuhan yang sakral. Relasi yang harmonis dengan Tuhan memungkinkan manusia untuk selamat dari segala bentuk kejahatan yang selalu datang silih berganti tanpa kita ketahui kapan kejahatan itu datang dan mengancam keberadaan kita. Seorang umat beragama sangat percaya bahwa agama sanggup menghadirkan Tuhan dalam upacara-upacara keagamaan. Untuk tujuan itu agama menggunakan lambang-lambang, misalnya dalam agama Kristen diyakini bahwa titik pertemuan antara Tuhan dan manusia diwujudkan dalam tanda-tanda (lambang) yang dibuat oleh Tuhan Yesus sendiri, yang disebut sakramen-sakramen gereja yang jumlahnya ada tujuh. Dalam perayaan sakramen-sakramen ini terjadilah perjumpaan yang mesra antara Tuhan dan manusia. Singkatnya, melalui lambang-lambang yang ada di dalam setiap agama, manusia dapat memperoleh apa yang diinginkannya, seperti persatuan dengan Tuhan, pembebasan dan penyucian diri. Penyucian diri dilihat sebagai kebutuhan mendasar dari semua manusia. Hal ini bertolak dari sikap manusia yang seringkali melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari apa yang diajarkan dalam agamanya. Tindakan menyimpang merusak hubungan antara manusia dengan Tuhan. Kesadaran akan kesalahan dalam diri individu bersatu menjadi kesadaran kolektif yang hidup dalam lingkungan masyarakat, dan tindak lanjut dari upaya untuk menghapus kesalahan itu menjadi kebutuhan seluruh anggota masyarakat. Hal tersebut sangat terbukti dari adanya upacara-upacara keagamaan untuk membebaskan diri dari segala bentuk kesalahan yang dilakukan oleh masyarakat, misalnya di dalam agama Kristiani diadakan upacara pemberian sakramen pertobatan, di dalam agama Islam disediakan momen khusus untuk berpuasa, dan lain sebagainya. Semua kegiatan itu dihayati sebagai cara untuk mencapai keselamatan yang didambakan oleh semua manusia.


Ketiga, Fungsi Memupuk Persaudaraan

Agama bersifat universal dan penganutnya terdapat dimana-mana di berbagai belahan dunia ini. Para penganut agama ini tentunya berasal dari latar belakang budaya, ras, suku, pekerjaan, status sosial, warna kulit dan golongan yang berbeda. Perbedaan dilihat sebagai kekayaan dan melalui agama semua perbedaan ini dapat disatukan dengan melakukanan hubungan horinzontal yang sangat erat. Mungkin ada banyak orang yang menolak bahwa agama memiliki peran untuk memupuk persaudaraan. Penyangkalan mereka bertolak dari realita bahwa begitu banyak kekerasan, permusuhan yang terjadi di dunia ini karena masalah agama. Misalnya adanya pembakaran rumah-rumah ibadat, pembakaran rumah sakit dan sederetan masalah-masalah sosial lainnya yang seringkali terjadi selama ini. Hemat penulis, perspektif seperti ini perlu diubah dan kurang objektif, karena berat sebelah. Mereka hanya melihat hal-hal negatifnya saja, seakan-akan kehidupan di dunia ini hanya diisi oleh permusuhan dan tidak pernah ada kedamaian di dalamnya.
Padahal masihnya banyak orang yang tetap mengalami kedamaian dalam hidupnya. Ambil contoh di Indonesia seringkali diadakan seminar-seminar yang bertemakan dialog antaragama dan masih banyak masyarakat yang dapat menjalin hubungan yang harmonis antar umat yang berbeda agama. Contoh-contoh tersebut itu menunjukkan bahwa selain berfungsi untuk menyelamatkan manusia, agama juga memiliki fungsi untuk memupuk rasa persaudaraan antara masyarakat Indonesia yang sangat pluralis. Melalui agama, masyakat membongkar tali perbedaan itu dan menggantikannya dengan tali persaudaraan. Masyarakat melihat orang lain khususnya umat yang berbeda agama sebagai saudara yang patut dihargai dan dihormati layaknya menghormati keluarganya sendiri.
Secara umum, penulis melihat bahwa manusia mendambakan persaudaraan dan perdamaian. Hal ini tidak perlu dibuktikan secara sosiologis karena pada dasarnya dunia tidak menginginkan perpecahan atau permusuhan melainkan persatuan dan perdamaian. Banyak usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mewujudkan persatuan dan kedamaian itu. Tetapi hasilnya tidak selalu memuaskan karena manusia memiliki keinginan yang berbeda-beda. Ada orang yang meinginkan perdamaian dan ada juga orang yang menginginkan perpecahan. Ada juga orang yang melihat agamanya sebagai agama yang paling benar dan melihat agama yang lain tidak benar. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan munculnya konfilk antara agama selama ini.


Keempat, Fungsi Transformatif

Kata transformatif berasal dari bahasa latin "Transformare", artinya mengubah bentuk. Jadi fungsi transformatif (yang dilakukan kepada agama) berarti mengubah bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Dalam pengertian ini masyarakat menggantikan nilai-nilai kehidupan lama dan menanamkan nilai-nilai baru. Misalnya masyakat primitif yang sejak lama terbentuk dalam budaya yang menganut kepercayaan animisme, yakni percaya terhadap makhluk halus atau roh yang mana mereka perpandangan bahwa benda-benda seperti pohon-pohon, gua atau batu besar memiliki kekuatan-kekutan tertentu.
Melalui agama, pola pikir masyarakat primitif seperti itu diubah. Agama mengarahkan masyarakat untuk meninggalkan kepercayaan-kepercayaan terhadap makhluk halus dan kemudian menumbuhkankan imannya bahwa Tuhanlah yang merupakan sumber segala kehidupan manusia. Tuhan dipandang sebagai jawaban atas segala persoalan hidup manusia. Dengan demikian melalui kehadiran Tuhan, manusia dapat melakukan hal-hal baik dalam kehidupannya. Hal lain yang dapat dijelaskan di sini misalnya mentalitas masyarakat yang sampai saat ini masih ada, yakni prinsip membalas dendam ketika orang berbuat salah kepadanya. Misalnya pepatah yang mengatakan "gigi ganti gigi" atau "nyawa ganti nyawa". Yang artinya kejahatan mesti dibalas dengan kejahatan. Melalui agama mentalitas seperti itu diubah dan dibentuk kembali. Agama mengarahkan masyarakat untuk menghilangkan sikap-sikap destruktif yang sudah mengakar di dalam diri manusia. Dalam agama Kristen contohnya diberikan ajaran tentang cinta kasih, misalnya mencintai orang lain sama seperti mencintai diri kita sendiri sebagaimana yang dicantumkan di dalam Alkitab. Dimensi Komitmen Agama Roland Robertson (1984)

  1. Dimensi keyakinan mengandug perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akanmenganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran ajaran-ajarantertentu.

  2. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaituperbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secra nyata. Ini menyangkut hal yangberkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan, perbuatan religius formal, perbuatanmulia, berbakti tidak bersifat formal, tidak bersifat publik dan relatif spontan.

  3. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyaiperkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada suatu waktu akan mencapaipengetahuan yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungandengan suatu perantara yang supernatural meskipun dalam waktu yang singkat.

  4. Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang bersikapreligius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacarakeagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.

  5. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah lakuperseorangan dan pembentukan citra pribadinya.

3 Tipe Hubungan Agama dengan Masyarakat

Agama memiliki tiga ( 3 ) tipe hubungan dengan masyarakat diantaranya (menurut Elizabeth K. Nottingham )

1. Masyarakat Pedalaman Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama contohnya di dalam kehidupan masyarakat pedalaman agama masih berdasarkan kepercayaan sehingga mereka mengadakan berbagai upacara ritual karena mereka percaya dengan begitu mereka sudah memiliki agama.

2. Masyarakat Semi Industri Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara- upacara tertentu. Di dalam masyarakat semi industri sudah lebih maju dari masyarakat pedalaman sehingga di masyarakat semi indutri sudah memegang agama sebagai kepecayaan dan sebagai pedoman dalam melakukan segala hal seperti berdagang 3. Masyarakat Industri Sekunder ( Modern ) Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.

Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama.Agama begitu univeersal , permanan (langgeng) , dan mengatur dalam kehidupan sehingga bila tidak memahami agama , akan sukar memahami masyarakat. Hal yang perlu dijawab dalam memahami lembaga agama adalah , apa dan mengapa agama ada , unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama. Contohnya adalah MUI. MUI berdiri sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air, antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah , Syarikat Islam , Perti. Al Washliyah, Math’laul Anwar , GUPPI , PTDI , DMI dan Al Ittihadiyyah , 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan. Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama. zuama dan cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah “Piagam Berdirinya MUI,” yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I.

Contoh Kasus:

Ralf Dahrendrof salah seorang tokoh yang berpengaruh dalam teori konflik, pemikirannya mulai dan sangat dipengaruhi oleh fungsionalisme struktural. Dia mencatat bahwa bagi sang fungsionalis, sistem sosial dipengaruhi oleh kerja sama sukarela atau konsensus umum atau keduanya. Akan tetapi, bagi teoretisi konflik (atau paksaan), masyarakat dipersatukan oleh pembatasan yang dipaksakan. Dengan demikian, beberapa posisi di masyrakat merupakan kekuasaan dan otoritas yang didelegasikan kepada orang lain. Fakta kehidupan sosial tersebut membawa Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa distribusi otoritas yang diferensial selalu menjadi faktor penentu konflik-konflik sosial sistematik (Ritzer, 2012:451).
Terjadinya pengelompokan atau pelapisan sosial yang terbentuk dimasyarakat, salah satunya kelompok agama. Dari agama yang memiliki Tuhan, kitab, kepercayaan, dan cara beribadah yang berbeda. Bahkan pada kelompok agama masih terbagi kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi. Contoh islam ada aliran Nahdatul Ulama', Muhammadiyah, LDII, Ahmadiyah, Wahabi, dan masih banyak lagi. Hanya karena berbeda madzhab saja konflik masih sering terjadi antar aliran tersebut padahal masih dalam satu naungan, yaitu agama islam. Apalagi perbedaan agama yang mempunyai kepercayaan dan keyakinan yang berbeda pasti lebih sering terjadi pertentangan atau yang lebih dikenal dengan isu sara. Sistem pelapisan sosial di masyarakat dibentuk oleh manusia sebagai makhluk sosial dengan pengaruh kebudayaan yang berlaku dan akibat adanya keterpaksaan
Sumber :https://www.kompasiana.com/suhermanagustinus4195/5ebf7a27097f36278a69b252/4-fungsi-agama-bagi-kehidupan-bermasyarakat?page=3http://dokumen.tips/documents/dimensi-komitmen-https://ciptadestiara.wordpress.com/category/dimensi-komitmen-agama/ https://caesareno.wordpress.com/2013/02/17/agama-dan-masyarakat/

TUGAS TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM

  Jelaskan point penialian untuk 2 dari jenis metric, perangkat lunak. Jawab : ·         METRIC PROGRAM ( SOURCE KODE ) ·         Comp...